Nama: I Putu Ardi Supartawan

Instansi: SMK Negeri 1 Klungkung

Pelatihan: KAKoding Kab. Klungkung

Mengubah "Abstrak" menjadi "Aplikatif"

Praktik Baik Pembelajaran AI di SMK Negeri 1 Klungkung

Tantangan Awal: Mengapa AI Sulit Diajarkan?

Sebelum intervensi, kami mengidentifikasi empat tantangan utama yang menghambat pemahaman siswa terhadap Kecerdasan Artifisial (AI) di lingkungan SMK.

🔮

Persepsi "Ajaib"

Siswa memandang AI sebagai konsep sihir yang abstrak dan kompleks, bukan teknologi yang bisa dipelajari.

🥱

Metode Konvensional

Pendekatan ceramah satu arah gagal membuat siswa terlibat dan hanya menghasilkan hafalan definisi.

🔧

Minim Konteks SMK

Siswa kesulitan melihat relevansi AI dengan bidang kejuruan mereka (TKJ, Bisnis, dll).

🎯

Tuntutan Kurikulum

Kurikulum Merdeka menuntut Nalar Kritis & Kreatif, yang tidak tercapai dengan metode lama.

Solusi: Dual-Model & Fokus Profil

Untuk menjawab tantangan tersebut, kami menggeser total model pembelajaran. Kami menerapkan kombinasi *Problem-Based Learning* (PBL) dan *Project-Based Learning* (PjBL) untuk fokus membangun tiga pilar utama Profil Pelajar Pancasila.

💡 Pembelajaran Berbasis Proyek & Masalah

Kami beralih dari *teacher-centered* ke *student-centered*. Siswa tidak lagi pasif menerima materi, tetapi secara aktif memecahkan masalah nyata dan mengerjakan proyek yang relevan.

  • Problem-Based Learning (PBL): Fokus pada "Bagaimana cara kerja AI?" melalui studi kasus praktis.
  • Project-Based Learning (PjBL): Fokus pada "Apa dampak AI?" melalui proyek kreatif yang kontekstual.

Fokus utama: Tiga pilar Profil Pelajar Pancasila yang saling terkait.

Strategi 4 Langkah Aplikatif

Pelaksanaan di lapangan dibagi menjadi empat strategi utama yang saling membangun, membawa siswa dari "tahu" menjadi "paham" dan "kritis".

Langkah 1

🕵️ "Detektif AI" (PjBL)

Siswa ditugaskan mencari 3 fitur AI di aplikasi harian (TikTok, Gojek, IG). Hasilnya: Siswa sadar AI ada di mana-mana dan "rasa butuh" untuk belajar muncul.

⬇️
Langkah 2

⚙️ "Bongkar Mesin" (PBL)

Siswa praktik Visi Komputer di Google Colab. Mereka mengunggah foto dan mendapat hasil "Kucing: 92%".

Momen Kritis "Aha!"

Pertanyaan pemantik: "Mengapa 92%, bukan 100%?" Siswa menyimpulkan AI bekerja berdasarkan **Probabilitas**, bukan **Kebenaran Absolut**.

⬇️
Langkah 3

🗺️ "AI di Jurusan Saya" (PjBL)

Siswa membuat Peta Konsep/Infografis (via Canva) untuk menjawab: "Bagaimana AI akan mengubah bidang kejuruan saya?"

✨ Coba Generator "AI di Jurusan Saya"

Masukkan nama jurusan SMK (cth: TKJ, Akuntansi, Otomotif, Perhotelan) dan biarkan AI memberikan ide penerapan di bidang Anda.

⬇️
Langkah 4

🗣️ Debat & Gallery Walk

Hasil karya dipresentasikan dan ditutup dengan debat "Mosi: AI lebih banyak manfaatnya". Siswa belajar mengartikulasikan pandangan secara kritis.

Hasil: Transformasi yang Terukur

Penerapan strategi ini memberikan dampak positif yang "meroket", mengubah dinamika kelas secara fundamental. Kami membandingkan kondisi "Sebelum" dan "Sesudah" intervensi.

Perbandingan Keterlibatan dan Pemahaman Siswa (Skala 0-100)

Simpulan: Kunci Sukses adalah Kontekstualisasi

Praktik baik ini membuktikan bahwa kunci sukses mengajarkan AI adalah **kontekstualisasi**. Siswa tidak hanya "belajar tentang AI", tetapi "belajar bernalar dengan AI".

🧩 PBL

Membongkar cara kerja teknis secara praktis.

+

🎨 PjBL

Menganalisis dampak & relevansi secara kreatif.

🏆 Hasil: Siswa Paham & Kritis

AI tidak lagi "ajaib", tetapi menjadi alat yang bisa dipahami, dianalisis, dan dikritisi dalam konteks kejuruan mereka.

📌 Rekomendasi Tindak Lanjut

  • Replikasi Model: Model ini direkomendasikan untuk materi kompleks lainnya, tidak hanya AI.
  • Pemanfaatan Alat: Guru tidak perlu ragu menggunakan *tools* seperti Google Colab untuk menciptakan "Aha! moment" tanpa *coding* rumit.
  • Kemitraan Industri (DUDI): Mengundang praktisi industri sebagai guru tamu untuk memberikan studi kasus yang lebih nyata.